Pengertian, Fungsi dan Kegunaan Backup Dan Restore
Kamis, 03 Januari 2019
Add Comment
Pengertian, Fungsi dan Kegunaan Backup Dan Restore
Apa itu Backup?
Backup adalah memindahkan atau menyalin kumpulan informasi (data) yang tersimpan di dalam hardisk komputer yang biasanya dilakukan dari satu lokasi/perangkat ke lokasi/perangkat lain. Data atau kumpulan informasi tersebut bisa berupa file dokumen, gambar, video, audio, system windows, driver, atau software/program tertentu.
Apa itu Restore?
Restore adalah proses menyelamatkan data yang tidak dapat diakses, hilang, rusak, rusak atau diformat dari penyimpanan sekunder, media atau file yang dapat dilepas, ketika data yang disimpan di dalamnya tidak dapat diakses dengan cara biasa.
Berbagai bentuk sistem fault tolerance didukung oleh banyak sistem operasi jaringan. Semua sistem tersebut memiliki satu tujuan, yaitu keamanan dan keutuhan data dalam jaringan.
Namun demikian ada satu sistem penanganan data yang mampu memberi jaminan keutuhan data, dan merupakan sistem yang didukung oleh semua sistem operasi, bahkan pada sistem single user sekalipun, yaitu dengan membuat copy atau cadangan data yang disebut dengan backup data.
Dengan menggunakan backup data maka jika terjadi kerusakan data atau kerusakan media (hard disk), pengguna dapat dengan cepat melakukan recover data, yaitu dengan me-restore atau menyalin ulang data dari backup yang ada.
Untuk ukuran data yang sudah sedemikian besar, terlebih lagi untuk melakukan backup data dari hard disk komputer server yang menampung data dari para pengguna jaringan, dapat dipertimbangkan penggunaan harddisk eksternal atau media penyimpanan luar yang berukuran besar.
Perkembangan harddisk eksternal yang semakin lama semakin murah dan semakin terjangkau harganya merupakan alternatif yang banyak dipilih sebagai media backup data. Hal ini dikarenakan oleh besarnya kapasitas yang mampu disimpan ke dalam media harddisk yang berukuran relatif kecil.
Dalam melakukan backup data dapat dilakukan secara selektif. Artinya, bisa melakukan backup hanya untuk data-data yang betul-betul harus di-backup.
Dengan cara demikian maka bisa menekan biaya backup data serendah mungkin. Sebagai contoh, cukup melakukan backup pada direktori-direktori yang digunakan oleh user untuk menyimpan data kerja sementara direktori-direktori yang berisi sistem aplikasi tidak perlu dibackup, karena sistem aplikasi bisa diinstalasi ulang jika terjadi kerusakan.
Untuk memudahkan proses backup, user-user dalam jaringan bisa menyimpan data pada satu direktori dikomputer server, yaitu dengan menempatkannya pada satu direktori dandibagi dalam sub-sub direktori. Dengan demikian proses backup cukup dilakukan dari satu direktori saja, demikian pula dengan proses restore data yang mungkin dilakukan.
Di samping pemilihan data yang di backup, dalam melakukan proses backup diperlukan bantuan perangkat lunak backup yang sesuai dengan kebutuhan.
Pada dasarnya hampir setiap sistem operasi, baik sistem operasi untuk komputer stand alone maupun sistem operasi jaringan, telah dilengkapi dengan utilitas backup.
Baca juga : Pengertian dan Fungsi Sistem Operasi
Utilitas yang digunakan untuk Proses Backup dan Restore
Di samping utilitas yang tersedia pada
sistem operasi, ada kalanya diperlukan
utilitas backup dari pihak ketiga. Untuk
memilih utilitas backup yang akan dipergunakan, bisa mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Mendukung perangkat atau media backup yang dipergunakan.
2. Mendukung proses backup dengan cara full backup atau incremental backup.
Full backup adalah sistem backup dengan cara membackup seluruh data atau file yang dipilih dengan membuat backup baru. Sistem ini akan menimpa backup yang lama jika dalam media yang digunakan sudah ada file backup.
Sedangkan Incremental backup adalah backup dengan cara menyambung atau menambahkan data backup baru ke data backup sebelumnya. Sistem ini memungkinkan hanya membackup file-file baru atau yang telah mengalami perubahan, sedangkan untuk file-file lama tidak mengalami perubahan.
3. Menyediakan fasilitas backup terjadwal atau berkala.
Fasilitas ini memungkinkan untuk melakukan kontrol otomatis terhadap proses backup data sehingga kemungkinan terjadinya keterlambatan proses backup akibat kelalaian dapat dikurangi.
4. Kemampuan untuk melakukan backup terhadap file yang terbuka (open file).
Kemampuan ini sangat membantu dalam melakukan backup pada jaringan yang memiliki jadwal pemakaian cukup padat. Dengan kemampuan ini maka tidak perlu menghentikan proses kerja yang sedang berlangsung dalam jaringan tersebut.
5. Perlu dipertimbangkan pula dukungan terhadap sistem aplikasi database yang dipergunakan sehingga utilitas tersebut mampu membackup data dan sistem database secara sempurna, terutama jika menggunakan sistem aplikasi khusus yang mengatur proses backup untuk data aplikasi tersebut.
6. Hal lain yang bisa dipertimbangkan dalam proses backup yang bersifat kearsipan adalah adanya fasilitas kompresi data. Fasilitas ini mungkin akan memperlambat proses backup, namun akan meningkatkan efisiensi penggunaan kapasitas media backup.
Tahap selanjutnya dari proses backup adalah pemeliharaan dan penyimpanan backup data. Setelah melakukan backup terhadap data, maka perlu memperhatikan penyimpanannya. Pastikan bahwa backup tersebut berada di tempat yang aman dan terlindung, bisa disimpan pada lokasi yang berbeda dengan tempat di mana jaringan komputer berada.
Hal ini perlu diperhatikan untuk menunjang fungsi backup sebagai fasilitas pengamanan data yang dilakukan secara terpisah dari jaringan. Berbeda dengan fasilitas fault tolerance, backup memungkinkan menyimpan cadangan data di tempat yang aman dan terpisah dari lokasi jaringan.
Sekian artikel tentang Pengertian, Fungsi dan Kegunaan Backup Dan Restore. Semoga bermanfaat
0 Response to "Pengertian, Fungsi dan Kegunaan Backup Dan Restore"
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan sopan. Patuhi aturan Netiquette, Jangan bicara kotor dan dilarang spam.